STRUKTUR ATOM II (KIMIA ANORGANIK I)
MAKALAH KIMIA ANORGANIK I
STRUKTUR ATOM II
Nama : Nabella
Islamiyati Yuan (1413023042)
PS : Pendidikan
Kimia (A)
Mata Kuliah : Kimia Anorganik I (KKM612201)
Dosen : Dra.
Nina Kadaritna, M.Si
Dr. Noor Fadiawati, M.Si.
M. Mahfudz Fauzi S., S.Pd., M.Sc.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atom merupakan suatu
satuan dasar materi, yang terdiri atas beberapa struktur. Istilah atom berasal
dari Bahasa Yunani (átomos), yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat
dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada
abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan
menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh
lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
para fisikawanberhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di
dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian
berhasil memodelkan atom.
Pada
saat sekarang, pengambaran dari sebuah atom telah semakin sempurna dan lengkap
dan semakin banyak partikel-partikel
penyusun atom yang ditemukan.
Sehingga, model atom selalu mengalami perubahan.Oleh karena itu, dalam makalah
ini kami mencoba menguraikan beberapa
tentang atom, teori dua sampai munculnya teori mekanika gelombang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi bahasan yang
diuraikan dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah munculnya teori dualisme cahaya
dan persamaan Max Planck?
2. Bagaimana kaitan hipotesis de Broglie, prinsip
Heisenberg, dan fungsi gelombang Schrodinger dengan bilangan kuantum?
3. Bagaimana mengetahui bilangan kuantum sebagai
identitas elektron?
4. Bagaimana cara menggambarkan orbital berdasarkan teori mekanika gelombang?
5. Bagaimana cara menghafal urutan pengisian elektron?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Teori mekanika kuantum.
2. Menjelaskan kaitan
hipotesis de Broglie, prinsip Heisenberg, dan fungsi gelombang Schrodinger
dengan bilangan kuantum.
3. Menggambarkan orbital berdasarkan teori mekanika gelombang.
4. Menjelaskan tentang Spin Elektron, Prinsip Ekslusi, Konfigurasi Elektron.
5. Mengetahui bentuk-bentuk diagram mnemonic.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
Atom Mekanika Gelombang
Model atom Bohr tidak dapat
menjelaskan pengamatan-pengamatan yang dilakukan pada atom yang lebih kompleks,
sehingga dikembangkanlah satu model struktur atom yang lebih rumit dengan
penalaran matematika tinggi yaitu model mekanika kuantum. Teori Bohr memberikan
perumusan untuk memperoleh tingkat energi diskrit untuk atom atau ion tingkat
satu, tetapi tidak dapat menjelaskan asal mula kuantisasi energi.Penjelasan
mendasar dikembangkan pada tahun 1927 oleh Schrodinger melalui suatu analogi
dengan teori vibrasi (gerakan gelombang), yang dibentuk kuantisasinya sudah dikenal
baik. Satu langkah kunci ialah pengakuan oleh De Broglie bahwa dualisme
gelombang partikel yang diperkenalkan oleh Einstein untuk mendeskripsikan
foton, sama dengan sifat partikel material seperti elektron.
2.2 Gelombang
De Broglie
Berkaitan
radiasi elektromagnet Max Planck pada tahun 1900 mengemukakan bahwa radiasi
elektromagnet bersifat diskrit, dalam bentuk paket-paket kecil atau partikel
yang disebut kuantum.
Newton mengajukan bahwa cahaya terdiri dari aliran
partikel yang berenergi. (Dapat menerangkan efek fotolistrik, tetapi tidak
dapat menerangkan difraksi dan interferensi cahaya). Teori lain dikemukakan
oleh Huygens yang menyatakan bahwa cahaya merupakan gerak gelombang. (Dapat
menerangkan difraksi dan interferensi cahaya, tetapi tidak dapat menerangkan
efek fotolistrik). Untuk memilih satu dari kedua teori itu diperlukan
pengukuran yang akurat dari kecepatan cahaya dalam ruang hampa dan dalam
bermacam-macam medium. Berdasarkan teori Newton, cahaya akan bergerak lebih
cepat dalam medium yang lebih rapat, sedangkan menurut Huygens kecepatan akan
lebih lambat.Pengukuran kecepatan cahaya yang akurat membuktikan bahwa memang
kecepatan cahaya berkurang dalam media yang lebih rapat. Cahaya sebagai
gelombang tidak dapat menjelaskan fenomena tersebut. Cahaya diasumsikan sebagai
gelombang dan sebagai partikel. Cahaya dipancarkan dalam bentuk paket-paket
kecil atau partikel disebut kuantum.
Dan
bersamaan dengan ini pula diterima bahwa materi dan energi adalah dua sifat
alam yang berbeda nyata dan diatur oleh hukum-hukum yang berbeda pula. Pada
tahun 1905 Einstein menggunakan hipotesis kuantum Planck untuk menjelaskan efek
fotolistrik bahwa gelombang cahaya dengan frekuensi ѵ
terdiri atas kuanta-kuanta energi atau foton.
E = nhѵ h (konstanta Planck)= 6,626 x 10-34 J Hz-1
n
= 0,1,2,....
E
= gelombang elektro
Gambar gelombang elektro(E) dan magnet(M)
Pada
tahun 1924, ahli fisika Perancis Louis de Broglie, mengeluarkan pernyataan yang
mengejutkan berkenaan dengan sifat cahaya dan materi: “Tidak hanya cahaya yang memperlihatkan sifat-sifat partikel, tetapi
partikel-partikel kecilpun pada saat tertentu dapat memperlihatkan sifat-sifat
gelombang”.
Usulan
De Broglie dibuktikan pada tahun 1924, melalui percobaan yang akhirnya mengarah
pada pengembangan mikroskop elektron. Pemberian De Broglie mengenai gelombang
materi (partikel) dijelaskan secara matematik. Khususnya partikel-partikel
kecil seperti elektron dan inti, yang berjalan dengan laju v, dipostulatkan
mempunyai sifat gelombang terasosiasikan hingga panjang gelombang (λ)
dihubungkan dengan massa (m) dan tetapan planck
λ
= h/mv λ =
h/p
ket:
Panjang
gelombang (λ) = meter (m)
Massa
(m) = Kg
Kecepatan
(v) =
Konstanta
Planck (h) = 6,626 x 10-34 Kg
m2 s-2
De Broglie menunjukkan dengan teori relativitas
bahwa hubungan yang tepat sama terdapat diantara panjang gelombang dan momentum
suatu foton. Dengan demikian De Broglie mengajukan suatu generalisasi dimana
setiap partikel yang bergerak dengan momentum linear p memiliki sifat seperti
gelombang λ = yang terasosiasi dengan partikel tersebut.
Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan
kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat
gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat partikel berbentuk
suara.
2.3 Prinsip Ketakpastian Heisenberg
Dalam fisika klasik, partikel memiliki posisi dan momenta yang jelas dan
mengikuti lintasan yang pasti. Menurut
heisenberg kita tidak mungkin mengukur secara tepat baik Kedudukan atau Momen
dari Partikel yang Bergerak. Prinsip prinsip ketidakpastian dari partikel yang bergerak (uncertainty
principle) yang dinyatakan oleh Werner Heisenberg pada tahun
1925.
Δp = ketidakpastian momentum
Δq
= ketidakpastian kedudukan
ħ = h/2π
2.4 Persamaan
Schrodinger
Kajian De broglie memberikan sifat seperti
gelombang untuk elektron-elektron di dalam atom, dan prinsip ketakpastian
memperlihatkan bahwa lintasan elektron secara terperinci tak dapat ditentukan.
Dengan demikian, kita harus menanganinya dari segi probabilitas elektron yang
memiliki posisi dan momenta tertentu.
Gagasan ini digabungkan dalam persamaan dasar
mekanika kuantum, yaitu persamaan Schrodinger yang
ditemukan oleh fisikiawan Austria Erwin
Schrodinger pada tahun 1925. Schrodinger merupakan seorang pakar yang dihormati
dalam hal teori vibrasi dan kuantisasi gelombang tegak yang berkaitan.
Schrodinger menyatakan “bahwa elektron
dalam atom dapat diperlakukan sebagai gelombang materi, gerakannya dapat
disamakan dengan gerakan gelombang”.Dan harus dideskripsikan dengan fungsi
gelombang yang memiliki satu nilai pada setiap posisi di dalam ruang.
Nilai fungsi gelombang dalam pada setiap posisi
mendeskripsikan misalnya, tinggi gelombang air atau amplitudo gelombang
elektromagnetik klasik. Fungsi gelombang ini dilambangkan dengan huruf Yunani
ψ(psi) dan ψ (x, y, z) ialah “tinggi” gelombang itu pada titik didalam ruang
yang didefinisikan oleh satu set koordinat Cartesius (x, y, z). Solusi
bergantung waktu dari persamaan ini yang disebut keadaan stasioner hanya
terjadi untuk nilai diskret tertentu dari energi yang diskret dan dengan
demikian kuantisasi energi merupakan konsekuensi logis dari persamaan
schrodinger.
Suatu fungsi gelombang seperti halnya gelombang
elektromagnetik dapat bernilai positif
didaerah tertentu disebut memiliki fasa positif didaerah-daerah
tersebut. Dan nilai negatif didaerah lain disebut fasa negatif. Titik-titik
pada saat fungsi gelombang melewati posisi 0 dan berubah tanda disebut simpul,
sama halnya seperti model senar gitar untuk gelombang tegak. Solusi untuk
persamaan schrodinger memungkinkan untuk lebih dari satu nilai energi. Solusi
yang berkaitan dengan energi terendah disebut keadaan dasar dan solusi untuk
energi yang lebih tinggi dinamakan keadaan tereksitasi. Dengan menggunakan notasi bra-ket Dirac, definisi persamaan
Schrödinger adalah:
Bentuk ini
lebih sering digunakan karena energi dan medan potensial sistem fisika umumnya
hanya bergantung pada posisi. Perhitungan- perhitungan yang didasarkan pada
persamaan Schrodinger untuk menentukan posisi dan energi elektron dalam atom
adalah sukar dan berkepanjangan.
Perhitungan yang telah dilakukan hanya memuaskan
untuk atom hidrogen dan ion-ion satu elektron. Untuk atom dengan nomor atom
besar yakni dengan banyak proton dan elektron antaraksi elektrostatika antara
elektron satu dengan yang lain serta dengan inti atom menyebabkan pemecahan
persamaan itu menjadi lebih sukar.
Setelah sejumlah aproksimasi yang masuk akal
dimasukkan kedalam perhitungan, hasilnya menunjukkan bahwa elektron-elektron
dalam atom kompleks menghuni posisi-posisi yang serupa dengan yang dihuni oleh
sebuah elektron dalam sebuah atom hidrogen. Oleh karena itu, gagasan yang
berlaku untuk hidrogen digunakan juga untuk memberikan elektron dalam semua
atom.
2.5 Bilangan Kuantum
Pada teori
atom mekanika kuantum, untuk menggambarkan posisi elektron digunakan
bilangan-bilangan kuantum. Daerah kebolehjadian terbesar ditemukannya
electron. Orbital memiliki bentuk yang berbeda-beda. Untuk
memahami bilangan kuantum dan bentuk-bentuk orbital perhatikan uraian berikut:
a. Bilangan
kuantum utama (n)
Adalah
bilangan kuantum yang menyatakan tingkat energi orbital atom. Orbital-orbital dengan nilai bilangan kuantum yang
sama berada pada tingkat energy yang sama.Bilangan kuantum ini hanya mempunyai
nilai positif dan bilangan bulat bukan nol, n = 1,2,3,4,....
Tingkat
Energi
|
Jumlah elektron max (2n)2
|
(n=1)
|
2(1)2 = 2
|
(n=2)
|
2(2)2 = 8
|
(n=3)
|
2(3)2 = 18
|
(n=4)
|
2(4)2 = 32
|
b. Bilangan kuantum
azimut (l)
Adalah
bilangan kuantum yang menyatakan subtingkat energi dimana elektron beredar. Bilangan ini tidak pernah negatif
dan tidak lebih besar dari n-1 (n adalah bilangan kuantum utama).
Nilai l = 0 sampai dengan (n-1)
Untuk n = 1
nilai l = 0
Untuk n = 2
nilai l = 0 dan 1
Untuk n = 3
nilai l = 0, 1 dan 2, dan seterusnya.
Bilangan
kuantum azimuth juga menyatakan bentuk orbital. Adapun bentuk orbitalnya
dinyatakan dengan huruf s, p, d, dan f, masing-masing untuk nilai l = 0,1,2,3,4
dan seterusnya.
Orbital dengan nilai l = 0 disebut orbital s,
Orbital dengan nilai l = 1 disebut orbital p,
Orbital dengan nilai l = 2 disebut orbital d,
Orbital dengan nilai l = 3 disebut orbital f,
Orbital dengan nilai l = 4 disebut orbital f, dan
seterusnya
c. Bilangan
kuantum magnetik (m)
Bilangan
kuantum magnetik menyatakan orientasi orbital orbital dalam ruang. Bilangan
kuantum magnetic dapat mempunyai nilai semua bilangan bulat mulai dari –l
sampai dengan +l, termasauk
nol.
Nilai m = -l,
0 dan +l
Untuk l = 0,
nilai m =0
Untuk l = 1,
nilai m = -1, 0 dan +1
Untuk l = 2,
nilai m = -2, -1, 0, +1 dan +2 dan seterusnya.
Banyaknya
nilai m yang diperbolehkan untuk suatu sub tingkat energi menentukan jumlah orbital dalam subkulit itu,
dimana setiap nilai m menyatakan satu orbital.
Subtingkat energi s ( l = 0), ada nilai m, yaitu m=0, berarti subtingkat energi s terdiri
dari 1 orbital.
Subtingkat energi p ( l = 1), ada 3 nilai m, yaitu m= -1, 0, dan +1,
berarti subtingkat energi p terdiri
dari 3 orbital.
Subtingkat energi d ( l = 2), ada 5 nilai m, yaitu m=-2, -1, 0, +1,
dan +2, berarti subtingkat energi d terdiri
dari 5 orbital.
Subtingkat energi f ( l = 3 ), ada 7 nilai m, yaitu m=-3, -2, -1, 0,
+1, +2, dan +3, berarti subtingkat energi t d terdiri
dari 7 orbital.
Orbital
|
Nilai (m)
|
Orbital
|
Elektron maksimum
|
s
|
0
|
1
|
1
|
p
|
-1,0,+1
|
3
|
6
|
d
|
-2,-1, 0, +1, +2
|
5
|
10
|
f
|
-3, -2,-1, 0 +1, +2, +3
|
7
|
14
|
d. Bilangan kuantum
spin
Saat model
atom mekanika kuantum pertama kali di umumkan, bilangan kuantum tidak
mengikutsertakan bilangan kuantum spin.
Dimasukkannya bilangan kuantum spin berawal dari percobaan Stern- Gerlach.
Logam perak (Ag) di uapkan dalam oven, lalu di tembakkan dengan batuan
cahaya ke medan magnet melewati suatu celah.
Ternyata, cahaya tersebut terpecah menjadi 2 bagian. Hal ini menunjukkan bahwa elektron dalam atom mempunyai sifat seperti magnet,
yaitu mempunyai 2 kutub. Arah
rotasi elektron akhrinya di nyatakan dalam bilangan kuantum spin. Kedua nilai s tersebut berkaitan dengan arah
rotasi yang searah atau berlawanan
dengan arah jarum jam. Untuk
tiap subkulit hanya boleh terdapat 2 elektron, satu elektron dengan spin + dan
yang lainnya dengan spin - .
2.6 Orbital atom dalam
mekanika gelombang
Berdasarkan penjelasan
tentang bilangan kuantum di atas, terdapat berbagai jenis orbital yang disebut
s, p, d, f (secara abjad diikuti oleh g, h, dan seterusnya), yang mempunyai
nilai l berturut-turut 0,1,2,3, dan seterusnya. Bagi setiap nilai n terdapat
satu orbital s. Bagi setiap nilai n dimulai dari 2 terdapat satu set tiga
orbital p, begitu seterusnya.
Dari sudut pandang kimiawan bentuk orbital-orbital ini sangatlah penting
melukiskan dengan diagram bentuk orbital-orbital tersebut. Pada setiap kasus
dilukiskan suatu kontur yang mencakup fraksi tertentu dari rapatan elektron
total. Setiap cuping membawa tanda aljabar, yaitu tanda dari fungsi gelombag Ψ,
dalam daerah ruang tersebut. Perlu diingat bahwa rapatan elektron itu sendiri,
ysng selalu positif, dinyatakan oleh Ψ2. Menurut rumus berikut:
Di dapatkan hasil fungsi gelombang hidrogenik radial sebagai berikut:
a. Orbital s
Setiap orbital s adalah
simetri bulat. Orbital 1s dimana-mana bertanda positif. Mulai dari 2s, terdapat
daerah positif dan negatif secara bergantian. Hal ini tampak jelas pada gambar
di bawah ini, yang memperlihatkan bagaimana amplitudo beragam menurut r bagi
orbital-orbital 1s,2s, dan 3s. Amati bahwa distribusi rapatan radial,
konsentrasi rapatan elektron paling besar terletak pada jarak yang makin jauh
dari inti, bila n makin besar. Jenis orbital lain (p,d,.... dan seterusnya)
memiliki faktor radial eksponensional yang sederhana, selanjutnya mempunyai
daerah dalam yang positif dan daerah luar yang nrgatif, begitu seterusnya.
Permukaan bulat di mana terjadi perubahan tanda Ψ (tentu saja Ψ2 =
0) disebut simpul radial
b. Orbital p
Setiap orbital p terdiri
atas cuping positif sepanjangn sumbu positif cartesius, dan cuping negatif
sepanjang sumbu negatifnya. Terdapat tiga orbital pada setiap set, satu panjang
sumbu x, px, satu sepanjang y, py, dan satu sepanjang
sumbu z, pz. Orbital-orbital 2p tidak memiliki simpul radial, tetapi
mulai dari 3p terdapat lagi simpul-simpul radial.
c. Orbital d
Setiap set orbital d
terdiri atas lima anggota. Banyak cara yang sama benarnya untuk menyatakannya,
tetapi set khusus yang tertera pada gambar di bawah ini adalah yang
konvensional. Berikut ini adalah hal-hal yang penting :
1. Orbital dz2simetris di sekeliling sumbu z.
2. Orbital-orbital dxy,dyz, dan dzx sangat
mirip kecuali bahwa mereka mempunyai amplitudo maksimum berturut-turut pada
bidang xy,yz, dan zx.
3. Orbital dx2-y2 mempunyai bentuk
tepat sama dengan orbital dxy, tatpi diputar sebesar 45o
pada sumbu z sedemikian, sehingga cupingnya terarah sepanjang sumbu x dan y.
d. Orbital f
Bagi setiap bilangan
kuantum utama mulai dengan 4 terdapat set orbital f. Orbital 4f hanya sedikit
berperan dalam ikatan kimia, walaupun tidak diragukan bahwa orbital 5f cukup
ekstensif digunakan dalam berbagai senyawaan yang dibentuk oleh unsur-unsur
aktinida. Namun keperluan untuk tinjauan secara terinci mengenai bentuk orbital
f tidak cukup untuk memutuskan memasukkannya di sini.
Berkenaan dengan atom
hidrogen, urutan menaiknya energi dari orbital-orbital tersebut penting.
Seperti telah diamati, energi telah dinyatakan dengan pendekatan yag baik oleh
persamaan jadi diperoleh pola seperti
tampak pada gambar di bawah ini. Tidak ada perbedaan yang bermakna dari
energi-energi orbital-orbital dengan n tertentu, walaupun mereka berbeda dalam
nilai-nilai l dan ml dalam atom hidrogen. Namun akan segera tampak
bahwa pola sederhana tersebut berubah pada atom-atom dengan banyak elektron.
(Gambar 5.1)
2.7 Spin Elektron, Prinsip
Ekslusi, Konfigurasi Elektron
Setiap elektron mempunyai
sifat yang disebut spin, yang dapat dibayangkan bahwa elektron sebagai partikel
diskert yang berputar seperti gangsing pada sumbu yang melewatinya. Terdapat 2
akibat penting dari spin elektron. Salah satu ialah bahwa harus dirinci oleh
bilangan kuantum tambahan, ms. Ini mempunyai nilai + ½ atau – ½ ,
bergantung pada arah spin apakah searah atau berlawanan dengan jarum jam.
Akinat lain ialah bahwa rotasi seaeah elektrik mengelilingi sumbu menimbulkan
momen dipol magnetik, yang terarah ke atas atau ke bawah bergantung kepada arah
spin. Hal ini menjurus kepada sifat magnetik yang penting dari zat dengan lebih
banyak spin yang searah daripada yang berlainan arah. Yang penting adalah bahwa
bilangan kuantum spin + ½ atau – ½ memegang peranan penting dalam cara
elektron-elektron menempati orbital, apabila terdapat dua atau lebih elektron.
Prinsip eksklusi, bila suatu elektron diperuntukkan bagi suatu orbital
elektron, elektron tersebut dapat sepenuhnya diterangkan dengan daftaran empat
bilangan kuantumnya.
1. Bilangan kuantum utama dari orbital n
2. Bilangan kuantum l dari orbital, yang menjelaskan apakah itu orbitak s, p,
d, f dan seterusnya
3. Nilai ml dari orbital, yang setara dengan pernyataan indeksnya seperti x,
y, atau z bagi orbital-orbital p, dan z2, xy,yz,x2-y2
bagi orbital d.
4. Bilangan kuantum spin ± ½ bagi elektron itu sendiri.
Aturan dasar yang harus diikuti pada penempatan dua atau lebih elektron
pada orbital-orbital suatu atom ialah prinsip eksklusi.
Dua elektron dalam suatu atom tidak dapat memiliki set bilangan kuantum
yang identik.
2.8 Struktur Atom dengan Banyak Elektron
Sekarang dapat
diperhatikan pertanyaan cara konfigurasi elektron menyusun keadaan dasar atom
bagi setiap unsur. Hal ini ditentukan secara sistematis dengan membangun
konfigurasi menurut naiknya nomor atom. Pada pengerjaannya prinsip eksklusi
perlu diamati (tidak lebih dari 2 elektron setiap orbital) dan setiap tambahan
elektron harus diperuntukkan bagi orbital energi terendah yang belum terisi.
Keadaan dasar hidrogen adalah 1s1. Bagi helium, elektron lain dapat
ditempatkan pada orbital yang sama, memberikan satu 1s2. Kulit utama
yang pertama (n = 1) sekarang terisi penuh. Unsur berikutnya, lithium,
mempunyai elektron ketiga yang diperuntukkan bagi orbital terendah berikutnya,
2s, dan konfigurasinya adalah 1s2 2s1.
Sekarang dijumpai pertama-tama suatu fakta penting, yaitu bahwa
orbital-orbital dalam bilangan kuantum utama sama, tidak memiliki energi sama pada
atom berelektron banyak, walaupun dengan demikian halnya pada atom hidrogen.
Akan dipelajari alasannya secara rinci bagi kasus orbital-orbital 2s dan 2p.
Alasan dasar bagi terjadinya pemisahan berbagai jenis orbital dengan n sama
(misal 3s dari 3p dan 3d) selalu sama, dan hal tersebut dipahami bagi kasus
tertentu, untuk kasus lain pada dasarnya itu dipahami juga.
Gambar di atas ini memperlihatkan fungsi distribusi 4π r2Ψ2
bagi orbital-orbital 1s, 2s, dan 2p. Kedua orbital 2s dan 2p menembus orbital 1s
itu berarti bahwa fraksi yang cukup besar dari rapatan elektron-elektron 2s
maupun 2p terletak disebelah dalam rapatan elektron dari elektron-elektron 1s.
Bila dihitung secara cermat, maka orbital 2s lebih menembus daripada orbital
2p. Jadi rapatan elektron suatu elektron 2s agak kurang terperisai dari muatan
inti, daripada rapatan elektron suatu elektron 2p. Karena itu orbital 2s lebih
stabil dari 2p. Apabila orbital 1s telah di tempati bagi helium dan lithium,
perbedaan energi adalah
Perbedaan energi
He 1s22s1
102 kJ mol-1
1s2p
Li 1s22p1
178 kJ mol-1
1s22p1
Perbedaan sekitar 200kj mol-1 tetap mempunyai akibat, yaitu lithium
melintasi sekalian unsur lainnya. Lihat gambar 5.1.
Sesudah Li dengan 1s2 2s1, harus ditambahkan elektron lain bagi Be, dan ini
juga memasuki orbital 2s memberikan konfigurasi 1s2 2s2. Set orbital stabil
berikutnya adalah orbital-orbital 2p. Terdapat 3 orbital semacam itu, masing-masing
mampu menampung 2 elektron, seluruhnya menjadi 6 elektron. Jadi, sepanjang 6
unsur berikutnya tingkat-tingkat 2p diisi secara berurutan:
B C N
1s22s22p1 1s22s22p2 1s22s22p3
O F Ne
1s22s22p4 1s22s22p5 1s22s22p6
Pada neon kulit utama kedua (n=2) telah penuh.
Langkah berikutnya ialah penempatan elektron pada kulit utama ketiga, dan
menelusuri delapan unsur berikutny orbital 3s, lalu orbital 3p diisi penuh
apabila sudah mencapai gas mulia, argon. Begitu juga dengan 2s dan 2p, sekali
kulit yang lebih dalam terisi penuh, orbital-orbital 3s dan 3p memiliki energi
yang berbeda, dan orbital 3s lebih stabil.
Setelah orbital 3s dan 3p terisi penuh, elektron-elektron berikutnya masuk
ke orbital 4s. Alasannya dapat dilihat pada gambar 5.1. Setelah 18 elektron
ditambahkan, energi-energi orbital 4s dan 4p turun dengan pesat, karena mereka
menembus teras tersebut secara lebih luas. Orbital 3d relatif konstan energinya,
karena mereka menmebus teras tersebut secara lebih luas. Hasilnya ialah bila
argon telah tercapai, orbital 4s menjadi lebih stabil daripada 3d. Dengan
sendirinya elektron berikut memasuki orbital 4s. Situasi ini tetap berlanjut,
dan elektron berikutnya juga memasuki orbital 4s. Jadi konfigurasi K dan ca
diperoleh sebgai berikut
K : [Ar] 4s1
Ca: [Ar]4s2
Dimana lambang [Ar]
menyatakan konfigurasi argon yang sempurna 1s22s22p63s23p6.
Orbital 3d menembus orital
4s, olek karena itu K dan Ca turun dengan pesat, sehingga kestabilannya seperti
orbital 4s, dan lebih stabil daripadaorbital 4p. Dengan demikian 10 elektron
berikutnya masuk kedalam orbital 3d, pada deret unsur sc, Ti,V, Cr, Mn, fe, Co,
Ni, Cu, dan Zn. Selanjutnya orbital 4p diisi, yaitu sepanjang ga, Ge, As, Se,
Br, sampai gas mulia berikutnya, Kr.
Seperti yang terlihat pada
gambar, terjadinya pengulangan pola yang analog dengan penambahan dalam
orbital-orbital 5s, lalu 4d, kemudian 5p sampai gas mulia Xe tercapai.
Pada Xe orbital-orbital
yang berikutnya tersedia adalah 6s. Orbital-orbital 4f dan 5d haya sedikit
menembus, dan sangat terlindung dari muatam inti oleh elektron-elrktron dengan
konfigurasi xe, sehingga energinya tetap tinggi. Namun, setelah kedua elektron
6s ditambahkan, orbital-orbital 4f dan 5d keduanya merosot sekali energinya,
dan bahkan menyebabkan orbital 4f lebih stabil daripada orbital 5d. Akibatnya
bagi beberapa unsur baru berikutnya konfigurasi adalah [Xe]6s25d,
[Xe]6s24f2, dan seterusnya, sampai orbital-orbital 4f
terisi penuh. Selanjutnya orbital-orbital 5d mendapatkan elektron berikutnya
sampai terisi penuh, dan akhirnya elektron-elektron 6p ditambahkan. Hal ini
sampai mencapai atom gas mulia yang paling berat, Rn.
Urutan pengisian orbital
setelah Rn menjadi rumit. Seperti sebelumnya, orbital s berikutnya, yakni 7s
dipenuhi, tetapi kemudian orbital-orbital 6d dan 7f energinya saling mendekati
dan penambahan elektron dikendalikan oleh gara antarelektron. Tidaklah penting
untuk menaruh perhatian terhadap susuna yang tepat dari 7fn6dm,
karena pada setiap kasus, dua atau lebih konfigurasi yang berbeda n dan m,
karena pada setiap kasus, dua atau lebih konfigurasi yang berbeda n dan m nya
hanya sedikit berbeda energinya, hingga susunan yang tepat dalam atom netral
hanya sedikit saja kaitannya dengan sifat-sifat unsur.
2.9
Diagram Mnemonic
Diagram
mnemonic
Diagram mnemonic pohon natal
Diagram mnemonic pao fang yi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan metode fisika klasik dapat
diambil kesimpulan mengenai sisfat elektron dalam atom.dari hukum
elektrostatistika dinyatakan , bahwa misalnya elektron bermuatan negatif tidak
tinggal diam , kalau tidak ia akan tertarik kearah inti yang bermuatan
positif.Lebih jauh lagi,gerakan elektron disekeliling inti adalah syarat yang
diperlukan untuk menerangkan pancaran cahaya.pada tahun 1913 Neils Bohr
mengusulkan bahwa elektron dapat berputar mengelilingi proton pada orbit dengan
jari – jari tertentu , sedangkan fisika klasik menyatakan hal itu tidaklah
mungkin ; diyakini bahwa elektron akan terpilin kedalam , sambil meradiasi
energi dan akhirnya jatuh ke inti.Teori tentang atom hidrogen melibatkan gabungan yang
menarik antara teoori klasik dan teori kuantum.
3.2 Saran
Kami menyarankan untuk semua mahasiswa
dapat menguasai materi struktur atom, agar tidak mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chang,
Raymod.2003.Kimia DasarJilid 1(konsep
konsep inti).Jakarta:Erlangga
F.
Albert, Cotton dan Geoffrey Wilkinson.1976.Kimia Anorganik Dasar.Jakarta:
Universitas Indonesia
Atkins,P.W.1990.Kimia
FisikaJilid 1.Jakarta:Erlangga
Gillis. H . P ,Nachtrieb dan David Oxtoby.1986.Kimia
Modern Jilid 2.Jakarta:Erlangga
Komentar
Posting Komentar